The LORD is my shepherd; I shall not want.
- Psalms 23:1

Wednesday, May 21, 2014

Marah-marah; Arogan atau Tegas?

Hai hai!

Disaat seharusnya mengerjakan tugas kuliah, aku malah tergelitik buat ngeblog karena refleksi yang tiba-tiba muncul di kepala. Terinspirasi dari sebuah artikel yang aku baca barusan tentang reaksi Gubernur Jawa Tengah saat memergoki pungli dan langsung keesokan harinya 281 petugas dipanggil untuk dievaluasi. Berlebihan nggak sih reaksinya pak Ganjar ini? Untuk aku pribadi, justru itu reaksi yang tepat untuk menyikapi fenomena pungli. Seandainya beliau santai-santai aja, mungkin pelanggaran pungli nggak akan pernah diusut.

http://www.youtube.com/watch?v=5wGuceoSno0

Semua orang pasti mengenal sosok Basuki Tjahja Purnama alias Ahok, Wakil Gubernur DKI Jakarta saat ini yang disebut-sebut hobi marah-marah. Beliau nggak ragu untuk marah-marah bahkan gebrak meja saat rapat jika dia menemukan penyimpangan; hal yang harusnya mudah tapi dipersulit. Beberapa orang menganggapnya sebagai tindakan yang kurang beretika, aku pribadi berpendapat justru dia harus melakukan itu supaya nggak dianggap enteng atau bahasa Jawanya digampangke sama pelaku penyimpangan.

http://tribunnews.com

Beberapa waktu yang lalu aku dan temanku pernah kerepotan ngerjain tugas kuliah sampai-sampai kita stress, mana waktu mau konsultasi langsung ke dosennya beliau udah pulang lagi padahal deadline tugas semakin mendekat. Jadilah aku yang hebring ini update status di Twitter biar eksis abis gitu *cih*, nggak disangka tweet yang menggambarkan kelimpunganku dalam mengerjakan tugas ditanggapi oleh seorang dosen dan berujung ditawari konsultasi (ilegal) supaya nggak bingung lagi. Lho, kenapa ilegal? Soalnya beliau bukan dosen pengampu mata kuliah itu, hehe. Singkat cerita, selesai kita konsultasi di rumahnya temanku keheranan, "Nggak nyangka ya, aku kira dia (dosen yang menawari konsultasi ilegal itu) killer ternyata perhatian banget." Ya, gimana engga perhatian, di hari libur nasional beliau mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan curhatan galau akademik para mahasiswa gaje ini. Mana sebelumnya beliau minta dikirimin hasil pekerjaan kita dan...kita ngirimnya tengah malam; temanku ngirim jam 12 malam sedangkan aku jam 1 pagi. Bayangkan! Kalo bukan mahasiswanya, mungkin kita udah dijadiin cupcake, hahaha!

Menurut aku, wajar saja kalau dosenku ini memasang aura "pembunuh" dengan tugas yang tiada pernah berhenti setiap minggu dan aturan-aturan sepele tapi ketat yang harus ditaati. Misalnya beliau jadi dosen yang mentoleransi setiap pelanggaran mahasiswa sekecil apapun itu, mungkin mahasiswa akan bersikap seenaknya sendiri di kelasnya.

Melihat sikap pak Ganjar, pak Ahok dan dosenku tersebut, aku berpendapat kalau terkadang, "taring" memang harus diperlihatkan, cuy. Bukan untuk menunjukkan arogansi tapi lebih ke sifat tegas supaya nggak gampang diremehkan orang lain. Arogan dan tegas itu dua kata yang punya arti berbeda lho. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, arti dari kata arogan adalah "mempunyai perasaan superioritas yang dimanifestasikan dalam sikap suka memaksa atau pongah" (2005:66), sedangkan kata tegas memiliki arti "tentu dan pasti (tidak ragu-ragu lagi, tidak samar-samar)" (2005:1155). Dalam menyikapi masalah, sifat arogan ini lebih ke memaksakan kehendaknya pribadi untuk memecahkan masalah; mau itu benar atau salah, pokoknya harus argumen dia yang dipakai. Sedangkan tegas itu lebih mengacu pada menegakkan peraturan yang memang pasti dan sah walaupun itu bertolak belakang dengan opini yang dimiliki. 

Secara pribadi, aku kagum lho sama orang-orang tegas yang tentunya selain tiga tersebut di atas masih banyak bertebaran di dunia ini. Kenapa? Karena mereka berani mengambil keputusan untuk berpegang pada peraturan walaupun banyak desas-desus pencitraan, kejam, galak dan sebagainya beterbangan di sekitar. Buat aku yang masih dalam tahap pendewasaan ini, susah lho untuk cuekin omongan-omongan miring tentang diri sendiri, perlu mental yang kokoh juga telinga yang kuat.

Sifat tegas memang sangat dibutuhkan supaya nggak gampang dianggap enteng sama orang lain, tapi jangan sampai ketegasan itu berubah menjadi arogansi. Alih-alih menegakkan kebenaran, bisa jadi sendirinya nanti yang menyimpang. Maka dari itu, yuk, belajar bersama jadi orang yang tegas :D

Terimakasih sudah membaca :D
Kritik, saran atau komentar sangat diharapkan :D
Take care, GBUs!


Tuesday, May 20, 2014

Menuju Puncak Ungaran

Alohaaa!!

Udah lama aku pengen banget berbagi cerita tentang petualanganku dengan teman-teman sebulan yang lalu, tapi karena aku sedang memasuki fase malas menulis dan didukung oleh kegiatan seabrek, jadilah keinginanku itu tertunda.

Behold my friend, this is going to be a long story...

Tepat pada tanggal 19 April lalu rencana dadakan untuk mendaki gunung Ungaran akhirnya terealisasikan. Awal mula rencana ini muncul saat aku dan mas Dody pamer ke koh Li kalau kita abis jalan-jalan ke Semarang trus mampir ngopi ke Sidomukti yang ada di lereng gunung Ungaran dengan pemandangan keren abiiisss, spontan koh Li langsung bilang, "Mau naik gunungnya sekalian nggak?" Dengan girangnya aku langsung jawab, "Mauu!! AYUUUKKK!!!" Jadilah kita merencanakan tanggal, itinerary, barang-barang yang diperlukan juga rute perjalanan. Awalnya yang fix berangkat itu ada 6 orang, tapi menjelang keberangkatan 2 orang batal ikut. Sehari sebelum berangkat, mas Dody ajak temen SDnya yang langsung menyanggupi ikut berangkat walaupun mendadak. Akhirnya kita berlima; aku, mas Dody, koh Li, Endi (adeknya mas Dody) dan mas Mahesa (temen SDnya mas Dody yang kebetulan waktu SMA dulu sekomunitas bareng aku) berangkat menuju Gunung Ungaran Sabtu pagi. Iya cuy, aku yang paling cantik di antara mereka semua. MUHAHAHAHA *tertawa puas!!!*


Kita janjian kumpul jam 7 pagi sebenarnya, tapi yaa...namanya aja tukang ngaret, kita baru beneran kumpul sekitar jam 8an di kosnya mas Dody. Tentunya biar ga semaput di jalan (lelucon yang selalu dilontarkan orangtuaku karena kejadian itu tuh) kita sarapan dulu, cari yang murah meriah lah namanya juga anak kos. Selesai sarapan kita mampir rumahnya mas Mahesa buat ganti motor soalnya motor dia spionnya cuma satu. Catatan bagi para pengendara motor, biasakan gunakan spion standard yaa gausah dicopot-copot, kalau lepas pasang lagi biar ga disemprit pak polisi :)

Petualangan dimulai! Kita lewat jalan Magelang yang sudah mulai ramai dengan kendaraan bermotor lainnya. Di tengah jalan kita sempat mampir istirahat sebentar di sebuah warung kecil pinggir jalan karena boyok (pinggang) kita pegel. Setelah beberapa kali meneguk air mineral, kita pun melanjutkan perjalanan kita menuju Sidomukti, start point untuk pendakian kita :D Kalo yang kemarin itu aku dan mas Dody ke Sidomuktinya lewat jalur Ungaran, kali ini kita memilih lewat Bandungan biar lebih deket. You know what, ternyata yang kita kesasar di daerah karaokean kemarin itu, kita udah ada di kawasan Bandungan, cuuuyyy!!! Aaaarrrggghh, pantesan aja kebablasan jauh bingit!!


Tuesday, May 13, 2014

New Place to Hangout: Milk Bar!

Hai haaaiii!!!

Belakangan timeline Twitterku lagi rame-ramenya ngomongin tongkrongan baru di Jogja yang bikin aku jadi penasaran pengen nyobain seasyik apa sih tempat nongkrongnya ini? Setelah berhari-hari keponya ditahan karena belum ada waktu lowong, akhirnya tadi malam aku kesampaian juga mengobati rasa penasaranku.

Emang tempat nongkrong apa sih itu?

Jeng jeeeennnggg, MILK BAR!



Dilihat dari namanya aja udah ketahuan kan kalau ini adalah tempat untuk menyusu dengan bahagia. Dengan konsep yang modern dan minimalis, kedai susu berslogan "The Passionate Taste" ini berlokasi di Jl. Magelang KM 6, tepatnya di kawasan Jogja Paradise Foodcourt, seberangnya The Rich Hotel dan MMTC. Ruangannya lumayan kecil dan agak sempit karena berisi 5 meja bundar plus kursi-kursinya, tapi jangan khawatir kalo gasuka tempat yang sempit-sempit karena di luar disediakan juga beberapa meja bundar berpayung merah.

Milk Bar menyediakan berbagai menu milkshake yang diracik sedemikian rupa sehingga rasanya pas (nggak kurang, nggak lebih). Trus apa dong bedanya sama tempat nongkrong berbasis susu yang lain? Bedanya adalah, disini ada es krim yang terbuat dari cake, cuy! Nah lho, gimana ya rasanyaa?


Saturday, May 10, 2014

Meet Our New Family Member: Bona :D

Haihai!

Aku kembali lagi setelah bulan lalu gagal mengerjakan 30 Days Blogging Challenge. Awalnya semua berjalan lancar sih, trus jadi tersendat karena aku mendaki gunung Ungaran kemarin, otomatis nulisnya jadi bolong 2 hari dan akhirnya keterusan deh! Rencana jangka panjang, aku mau coba lagi tantangan 30 hari menulis ini, siapa tau bisa selesai sampai akhir. Lumayan lho, karena tantangan kemarin aku terlatih untuk nggak malas-malasan dalam menulis. Contohnya aja sekarang, aku ngeblog sambil nungguin peserta kompetisi Poem Reading bikin puisi. Oya, jurusanku sedang mengadakan rangkaian acara kompetisi dan festival bertajuk ELCOMFEST. Untuk tahun ini, peserta kompetisi akademik yang meliputi Poem Reading dan Story Telling dalam Bahasa Inggris adalah pelajar se-DIY. Hari ini adalah hari kedua untuk kompetisi akademik Poem Reading dan para pesertanya diminta untuk membuat puisi di laboratoriun komputer. Daripada nganggur nungguin peserta, mending ngeblog dong :p

Beberapa minggu yang lalu, keluargaku kedatangan anggota baru. Dia masih kecil, cowok, umurnya sekitar...ya 2 atau 3 bulanan gitu. Lucuuu banget, gendut dan makannya banyak.

Perkenalkan, Bona!



Tuesday, May 6, 2014

Haruskah Tangan Menadah Dibudidaya?

Sudah terlalu sering aku dikatain, dipelototin dan dibentak-bentak karena aku menolak menyisihkan sebagian kecil uangku untuk pengemis. Beberapa mungkin akan menilai aku sebagai orang yang kikir dan pelit, well, let me tell you the reason behind it.

Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2013/07/23/melihat-pengemis-di-tanah-suci-576034.html
Malam ini waktu lagi makan sama pacar di lesehan di bawah flyover Janti, ada seorang gadis muda dengan tubuh proporsional dan pakaian pantas (nggak kucel, kumuh, kusam ataupun lusuh) menghampiri dan menyodorkan amplop bertuliskan "Mohon bantuan..." kemudian ngeloyor pergi. Pacar dan aku sama sekali nggak bergeming, amplop pun dibiarkan di lantai saja, ya kita lagi enak-enak makan pakai tangan gitu, lho. Lalu si gadis pengemis ini datang lagi, pacar langsung menyodorkan amplop yang kosong. Bukannya langsung pergi, eh si gadis pengemis ini merayu-rayu pacarku minta duit padahal si mas Dody udah nolak berkali-kali, saking jengkelnya aku langsung melambaikan tanganku tanda menolak. Tau gak, si gadis itu pergi sambil melotot ke arahku!

Nggak berapa lama, di ujung jalan ada seorang ibu menggandeng anaknya yang sedang menenteng gelas plastik bekas berisi recehan uang. Benar saja feelingku, ibu dan anak ini menghampiri aku dan pacar, yang bikin nggak habis pikir, ibunya ini membimbing anaknya untuk menyodorkan gelas plastik itu ke hadapanku. Dengan tegas tapi sopan aku dan pacar bilang, "Nggak, dek." Ibu dan anak ini langsung pergi mencari lapak lain. Beberapa menit kemudian, ada anak kecil usia 3 tahun yang nempel-nempel punggung pacarku dari belakang, awalnya aku pikir dia anak empunya warung, lho. Guess what, si anak ini ternyata membawa gelas plastik bekas yang telah terisi rupiah dan dia mondar-mandir di jalan sendirian! Emosiku mendidih saat itu, aku nggak habis pikir, orangtuanya tuh kemana? Apa motivasi orangtuanya bikin anak kalo cuma di-ler gitu aja di jalanan??