Haihai!
Aku kembali lagi setelah bulan lalu gagal mengerjakan 30 Days Blogging Challenge. Awalnya semua berjalan lancar sih, trus jadi tersendat karena aku mendaki gunung Ungaran kemarin, otomatis nulisnya jadi bolong 2 hari dan akhirnya keterusan deh! Rencana jangka panjang, aku mau coba lagi tantangan 30 hari menulis ini, siapa tau bisa selesai sampai akhir. Lumayan lho, karena tantangan kemarin aku terlatih untuk nggak malas-malasan dalam menulis. Contohnya aja sekarang, aku ngeblog sambil nungguin peserta kompetisi Poem Reading bikin puisi. Oya, jurusanku sedang mengadakan rangkaian acara kompetisi dan festival bertajuk ELCOMFEST. Untuk tahun ini, peserta kompetisi akademik yang meliputi Poem Reading dan Story Telling dalam Bahasa Inggris adalah pelajar se-DIY. Hari ini adalah hari kedua untuk kompetisi akademik Poem Reading dan para pesertanya diminta untuk membuat puisi di laboratoriun komputer. Daripada nganggur nungguin peserta, mending ngeblog dong :p
Beberapa minggu yang lalu, keluargaku kedatangan anggota baru. Dia masih kecil, cowok, umurnya sekitar...ya 2 atau 3 bulanan gitu. Lucuuu banget, gendut dan makannya banyak.
Perkenalkan, Bona!
Perkenalkan, Bona!
Bona aku temukan hari Rabu, 23 April 2014 waktu aku jalan kaki menuju kampus. Aku lihat dia lagi tiduran di tengah jalan, tepatnya di depan gerbang sekolah kejuruan dekat kosku. Awalnya aku pikir dia itu anjingnya pak satpam sekolah yang lagi main-main gitu. Waktu aku udah mulai mendekat, ternyata dia ditendang-tendang sama satpamnya, disuruh pergi. Dia lari-lari nggak tentu arah di tengah keriwehan motor yang lagi berbondong-bondong masuk area sekolah. Aku udah mulai jalan mendekati dia, baru mau nyebrang eh ada mobil dari arah berlawanan mau nabrak anjing kecil ini. Untung pengemudinya langsung ngerem mendadak, jadi aku bisa angkat dan bawa dia ke pinggir jalan. Saat itu aku bingung, mau nekat ke kampus tapi mana boleh bawa anjing ke dalam kelas, mana udah telat pula, akhirnya aku keluarin hp buat telfon mas Dody. Jodoh emang nggak kemana, ternyata mas Dody udah dalam perjalanan ke kampus, dia lihat aku dan langsung menepi. Setelah diskusi singkat di pinggir jalan, akhirnya kita putuskan untuk bolos kuliah demi menyelamatkan si kecil ini. Dia kita bawa, lebih tepatnya selundupin, ke kosnya mas Dody. Untung lho nggak ketahuan sama pemilik kosnya mas Dody, mungkin yang liat mikir aku lagi bawa kemoceng karena dia bulat, hitam dan berbulu (jangan mikir yang aneh-aneh). Di dalam kamar mas Dody, kita langsung tutup pintu dan jendela biar nggak ketahuan kalo bawa anjing. Aku cek gusinya yang ternyata pucat, langsung deh kita kasih dia minum dan makanan. Sembari nunggu, aku dan mas Dody bikin selebaran untuk ditempel di sekitaran kos kita. Selain itu, karena jam 9 kita mau kuliah, jadi kita berdua minta bantuan si kembar Li dan We, teman kuliah kita yang kebetulan satu kos sama mas Dody, untuk jagain si Bona sementara waktu.
Waktu mau berangkat kuliah aku dan mas Dody kelimpungan karena kunci motornya mas Dody tiba-tiba menghilang. Dicari kesana kemari tapi nggak nemu-nemu juga, sampai-sampai mas Dody nggak jadi kuliah sedangkan aku tetap berangkat diantar sama koh We. Kebetulan jam 11 aku dan mas Dody sekelas, selesai kelas aku nyamperin dia sambil beberes buku di tas. Ealah, ternyata kuncinya tu ada di dalam tasku coba -___- Waktu aku keluarin kunci dari tasku, mas Dody memandang aku dengan tampang yang pengen ngejitak aku bertubi-tubi. Huhu, padahal aku nggak merasa masukkin kuncinya ke dalam tasku lhoo.
Seusai kelas, kita langsung nyamperin si Bona di kamarnya si kembar Li dan We. Mereka berdua cerita kalau tadi mereka sempat keliling ke sekitaran sekolah kejuruan (TKP = Tempat Kejadian Penemuan), ngetuk rumah satu-satu buat nanya siapa tau ada yang kehilangan anjing. Jawabannya nihil, selain itu nggak ada juga orang yang menghubungi aku dan mas Dody padahal selebaran sudah disebar ke spot-spot yang strategis (burjo, pertigaan, tiang listrik) dan dimention ke media sosial pecinta anjing. Keadaan nggak memungkinkan kalau Bona diamankan di kosnya mas Dody untuk waktu yang lama, takutnya dia nanti malah bentrok sama Dino, iguananya mas Dody. Setelah mempertimbangkan, aku telfon Mamaku untuk minta tolong merawat Bona sementara kita nunggu informasi dari pemiliknya. Di luar bayanganku, ternyata Mamaku langsung setuju, malah langsung menyiapkan kandangnya juga. Padahal, sebelumnya Mama dan Papa tuh nggak mau ada anjing dari luar masuk ke rumah. Belajar dari pengalaman, tiap ada anjing dari luar masuk ke rumah, anjingku yang namanya Bunder (aku punya 3 anjing, Bunder adalah satu-satunya anjing cowok di rumah saat itu) bakal ngamuk dan menyerang. Seneng banget rasanya waktu tau bisa mengamankan anjing kecil ini, apalagi mamaku bilang kalau misal nggak ada kabar dari pemilik, Bona mau diadopsi aja. Wuaaahhh, senangnya berlipat kali ganda :D
Sore itu juga, aku dan mas Dody langsung meluncur ke Delanggu untuk mengantar Bona dengan mengendarai sepeda motor. Di jalan, walaupun sempat rewel akhirnya Bona bisa tidur juga, kelihatan banget kalau dia kecapekan :( Sesampainya di rumah, mamaku langsung kasih nama dia Bona, padahal waktu di Jogja si kembar udah kasih nama Bejo ke dia.
So far, Bona udah lumayan membaur dengan anjing-anjing di rumahku. Dia anak anjing yang lucu dan aktif banget, juga badung. Setiap aku telfon Mama, ada aja cerita tentang kebandelannya Bona; kabur ke sawah, gigitin tempat makan sampai pecah, naruh pantatnya ke muka Chaca (anjingku yang cewek) sampai dia marah besar, ngejar-ngejar Luca (anjingku yang cewek paling kecil) sampai dia gatau mau lari kemana lagi, juga dia ngejar-ngejar kaki orang yang lagi jalan trus digigitin.
Karena aku lagi ada kegiatan kepanitiaan Elcomfest ini, jadi udah beberapa minggu aku nggak bisa pulang ke rumah. Untungnya, adekku selalu kirim foto anjing-anjing saat dia pulang ke rumah.
Rasanya bahagia banget waktu lihat Bona bisa berbaur dengan akrab sama Bunder dan bisa terlindungi dengan aman di rumah. Aku nggak ngebayangin kalo misalnya pagi itu aku nggak ketemu dia, mungkin nasib dia udah jadi (maaf) tai sekarang :( Udah pada tau kan kalo kota Jogja itu banyak bakul (penjual) sengsu (oseng-oseng asu--anjing)?
Hal sederhana yang kadang dilupakan oleh manusia, terkadang terlalu sibuk untuk membantu sesama tapi lupa sama makhluk ciptaan Tuhan yang lain, hewan misalnya. Menurutku, segala sesuatu yang besar itu dimulai dari hal yang paling dianggap remeh. Misalnya saja, kalau terbiasa menyiksa hewan imbasnya cenderung merasa "terbiasa" juga untuk menyiksa sesama manusia. Aku bilang gini kesannya kaya aku ga makan hewan aja yaahh. Well, I used to be a vegetarian but for medical reason now I am forced to eat animal's meat. Itupun aku pilih-pilih, aku nggak makan binatang berkaki empat atau mamalia, cuma ayam dan ikan laut aja yang akan mampir di piringku dengan catatan kepalanya dipisah. Ga tega cuy lihatnya :(
Hokeh, daripada kepanjangan nggak habis-habis ngomongnya lebih baik disudahi saja. Terimakasih sudah membaca :D Kritik, saran, komentar, pujian, masukan semuanya bakal diterima lho di kotak komentar di bawah ini :D
Waktu mau berangkat kuliah aku dan mas Dody kelimpungan karena kunci motornya mas Dody tiba-tiba menghilang. Dicari kesana kemari tapi nggak nemu-nemu juga, sampai-sampai mas Dody nggak jadi kuliah sedangkan aku tetap berangkat diantar sama koh We. Kebetulan jam 11 aku dan mas Dody sekelas, selesai kelas aku nyamperin dia sambil beberes buku di tas. Ealah, ternyata kuncinya tu ada di dalam tasku coba -___- Waktu aku keluarin kunci dari tasku, mas Dody memandang aku dengan tampang yang pengen ngejitak aku bertubi-tubi. Huhu, padahal aku nggak merasa masukkin kuncinya ke dalam tasku lhoo.
Seusai kelas, kita langsung nyamperin si Bona di kamarnya si kembar Li dan We. Mereka berdua cerita kalau tadi mereka sempat keliling ke sekitaran sekolah kejuruan (TKP = Tempat Kejadian Penemuan), ngetuk rumah satu-satu buat nanya siapa tau ada yang kehilangan anjing. Jawabannya nihil, selain itu nggak ada juga orang yang menghubungi aku dan mas Dody padahal selebaran sudah disebar ke spot-spot yang strategis (burjo, pertigaan, tiang listrik) dan dimention ke media sosial pecinta anjing. Keadaan nggak memungkinkan kalau Bona diamankan di kosnya mas Dody untuk waktu yang lama, takutnya dia nanti malah bentrok sama Dino, iguananya mas Dody. Setelah mempertimbangkan, aku telfon Mamaku untuk minta tolong merawat Bona sementara kita nunggu informasi dari pemiliknya. Di luar bayanganku, ternyata Mamaku langsung setuju, malah langsung menyiapkan kandangnya juga. Padahal, sebelumnya Mama dan Papa tuh nggak mau ada anjing dari luar masuk ke rumah. Belajar dari pengalaman, tiap ada anjing dari luar masuk ke rumah, anjingku yang namanya Bunder (aku punya 3 anjing, Bunder adalah satu-satunya anjing cowok di rumah saat itu) bakal ngamuk dan menyerang. Seneng banget rasanya waktu tau bisa mengamankan anjing kecil ini, apalagi mamaku bilang kalau misal nggak ada kabar dari pemilik, Bona mau diadopsi aja. Wuaaahhh, senangnya berlipat kali ganda :D
Sore itu juga, aku dan mas Dody langsung meluncur ke Delanggu untuk mengantar Bona dengan mengendarai sepeda motor. Di jalan, walaupun sempat rewel akhirnya Bona bisa tidur juga, kelihatan banget kalau dia kecapekan :( Sesampainya di rumah, mamaku langsung kasih nama dia Bona, padahal waktu di Jogja si kembar udah kasih nama Bejo ke dia.
So far, Bona udah lumayan membaur dengan anjing-anjing di rumahku. Dia anak anjing yang lucu dan aktif banget, juga badung. Setiap aku telfon Mama, ada aja cerita tentang kebandelannya Bona; kabur ke sawah, gigitin tempat makan sampai pecah, naruh pantatnya ke muka Chaca (anjingku yang cewek) sampai dia marah besar, ngejar-ngejar Luca (anjingku yang cewek paling kecil) sampai dia gatau mau lari kemana lagi, juga dia ngejar-ngejar kaki orang yang lagi jalan trus digigitin.
Karena aku lagi ada kegiatan kepanitiaan Elcomfest ini, jadi udah beberapa minggu aku nggak bisa pulang ke rumah. Untungnya, adekku selalu kirim foto anjing-anjing saat dia pulang ke rumah.
Rasanya bahagia banget waktu lihat Bona bisa berbaur dengan akrab sama Bunder dan bisa terlindungi dengan aman di rumah. Aku nggak ngebayangin kalo misalnya pagi itu aku nggak ketemu dia, mungkin nasib dia udah jadi (maaf) tai sekarang :( Udah pada tau kan kalo kota Jogja itu banyak bakul (penjual) sengsu (oseng-oseng asu--anjing)?
Hal sederhana yang kadang dilupakan oleh manusia, terkadang terlalu sibuk untuk membantu sesama tapi lupa sama makhluk ciptaan Tuhan yang lain, hewan misalnya. Menurutku, segala sesuatu yang besar itu dimulai dari hal yang paling dianggap remeh. Misalnya saja, kalau terbiasa menyiksa hewan imbasnya cenderung merasa "terbiasa" juga untuk menyiksa sesama manusia. Aku bilang gini kesannya kaya aku ga makan hewan aja yaahh. Well, I used to be a vegetarian but for medical reason now I am forced to eat animal's meat. Itupun aku pilih-pilih, aku nggak makan binatang berkaki empat atau mamalia, cuma ayam dan ikan laut aja yang akan mampir di piringku dengan catatan kepalanya dipisah. Ga tega cuy lihatnya :(
Hokeh, daripada kepanjangan nggak habis-habis ngomongnya lebih baik disudahi saja. Terimakasih sudah membaca :D Kritik, saran, komentar, pujian, masukan semuanya bakal diterima lho di kotak komentar di bawah ini :D
Take care and GBUs
No comments:
Post a Comment
Thank you for visiting and reading my blog, don't forget to leave your comments or suggestions here :D