Berawal
dari tersisihnya aku dari pergaulan semasa SMP karena dianggap freak, jadilah
disaat teman-temanku nongkrong rame-rame di kantin aku menyendiri ke gedung
perpustakaan yang kecil dan memojok di sudut sekolah. Anggapan freak yang tertanam
di benak teman-temanku itu wajar, karena perilaku dan tingkahku yang kadang
kurang bisa dimengerti orang. Mana ada siswi SMP ke sekolah pakai kaos kaki
sepanjang lutut? Jelaslah bakal diketawain orang satu sekolahan. Lagi, umumnya
kacamata warna frame-nya kan hitam, trus aku dengan PD-nya pakai kacamata
ber-frame putih padahal mukanya kusam, ya jelas aja dianggap aneh. Sewajarnya
anak sekolahan, pasti ada kaum superior dan inferior, dimanakah aku? Bisa
ditebak dong pastinya :)) Entah karena memang aku ini bully-able atau apa,
teman-temanku yang tergolong superior semacam “menjauhi” aku di tahun kedua dan
tahun terakhir masa SMP. Alasan yang tidak akurat sih bilang karena salah satu
ketua “geng” itu ada yang pacaran sama temanku SD yang digosipkan pernah
pacaran sama aku. HAHAHA. Ya begitulah, masa-masa labil jaman SMP yang kadang
bikin geli saat diingat-ingat dan dibayang-bayang.
Merasa
diasingkan sama kelompok superior itu, aku pun menghindari tempat-tempat
nongkrong mereka. Bukan karena takut, malas aja gitu kalau harus ada di satu
tempat dengan orang-orang yang melirik aku sinis. Jadi, selepas menimba ilmu
secara formal, saat teman-teman yang lain nongkrong di warung jus pinggir
jalan, aku biasa mampir ke salah satu warung internet yang tidak begitu jauh
dari lingkungan sekolahku. Pertama kali masuk dan duduk di depan komputer, aku
bingung, di internet aku mainan apa? Lalu aku dikenalkan oleh penjaga
billing-nya dengan google, kemudian merambah ke YM!, situs-situs game online
macam games.co.id, gmail, friendster dan akhirnya…blogspot. Dari sebuah teen
literature berjudul Love At the First Sight karangan Primadonna Angela lah aku
mengenal blogspot. Namanya juga lagi kenalan yah, jadi apa-apa yang ada sangkut
pautnya dengan internet langsung aku jajal ajah. Kebetulan waktu itu aku baru
selesai baca novel pertama yang aku beli sendiri ini dan menemukan alamat blog
penulisnya. Iseng sekaligus penasaran, aku langsung meluncur ke lamannya. Dari
situ, perjalananku menjelajahi blogspot sekaligus menjadi seorang blogger
dimulai.
Seringkali
aku sisihkan uang saku-ku, rela menahan lapar demi bisa berselancar dengan
internet. Sampai akhirnya aku berkenalan dengan anak pemilik warung internet
itu dan kita sering berselancar bersama tanpa membayar. Kalau ingat saat-saat
itu, rasanya aku sekarang pengen membalas budi juga meminta maaf karena
ke-nggak-tahu-diri-anku yang internetan gratis selama berjam-jam dan membuat
rugi usaha orang. Well, walaupun berkat internetan berjam-jam itulah aku
belajar tentang template blog, kegunaan gadget-nya, kostumisasi laman blog
sampai ke html dan codingnya. Memang nggak sampai yang njelimet karena aku
belajarnya juga otodidak dan mengandalkan ilmu titen juga tutorial yang gampang
banget ditemukan di google. Coding yang aku kenal hanya sebatas “kalo mau
ditaruh di tengah caranya kasih <center> di depan trus diikuti code
kontennya abis itu di belakangnya dikasih </center>” gitu doang, sangat
sederhana dan simple, aku sendiri ragu itu bisa diartikan sebagai “pengetahuan
coding” apa enggak. Hahaha! Selang satu tahun, sadar anaknya sering nongkrong
di warnet sampai lupa waktu, akhirnya orangtuaku memutuskan untuk membeli
seperangkat komputer plus internet untuk “mengikat” aku dan adekku di rumah.
Sejak itulah, aku mulai aktif menulis blog, bahkan sempat membuat beberapa
blog.
Blogku
yang pertama bukanlah blog yang “wah”, isinya hanya curahan hati seorang jomblo
yang merindukan pacar juga problematika anak ingusan beranjak dewasa, klise
lah. Keywordnya nggak jauh-jauh dari kata “cinta”. My first blog was literally
means online diary, apapun aku tulis di dalamnya tanpa diayak lebih dahulu. Kemudian
aku tinggal di Kalimantan selama 6 bulan, blogku otomatis nggak terurus karena
untuk mendapatkan koneksi internet aku harus ke kota dulu dan jarak dari desa
ke kota nggak dekat pun transportasi umum nggak ada. Kembali ke tanah Jawa, aku
merasa nggak sreg dengan blog pertamaku yang berujung dengan penghapusan blog
dan membuat blog yang baru. Aku lupa sudah berapa kali aku gonta-ganti blog,
berkali-kali buat dengan alasan bosan trus aku hapus lagi dengan alasan yang
sama. So far, ini adalah blog yang paling lama bertahan.
Kenapa
dinamakan Catatan Nggak Penting? Karena iseng mencari-cari nama brand untuk
blog ini supaya mudah diingat orang, kemudian muncullah frasa itu di otak.
Seseorang pernah bertanya di salah satu catatan blog ini (cari sendiri ya kalau
penasaran) tentang kegunaan dan fungsi dari blogku ini. Jujur saja aku ngeblog
untuk menyalurkan kegemaranku dalam menulis dan berbagi cerita, jadi fungsi
dari blog ini ya tentu saja sebagai saluran pikiran menuju kata-kata. Aku
jadikan isi dari blogku ini sebagai catatan yang aku rasa perlu ditulis, supaya
tidak lupa dan dibagi, siapa tau bisa jadi motivasi. Tentang penting atau
enggaknya, aku rasa itu tergantung dari pembacanya sendiri. Beberapa catatan
memang tergolong penting dan sarat informasi, tapi nggak sedikit yang isinya
nggak jauh-jauh dari asumsi pribadi. Penting atau nggak pentingnya sesuatu,
menurutku itu berasal dari keperluan masing-masing orang. Kalau keperluannya
untuk mencari referensi mendaki gunung Ungaran atau tempat-tempat wisata di
sekitaran Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, aku bisa bilang catatan
di blog ini penting. Sedangkan, kalau keperluannya untuk mencari artikel ilmu
pengetahuan yang scientific atau teori-teori paten, ya catatan-catatan disini
tentu saja tidak penting.
Penting
atau nggak penting, penilaian sepenuhnya diserahkan pada pembaca. Harapan dasar
yang ditanam di setiap catatan blog ini sih kiranya bisa berguna bagi sesama,
sedangkan harapan terselipnya adalah aku bisa melatih kemampuan menulis yang
suatu saat nanti akan melahirkan sebuah buku, banyak juga boleh sih. Untuk aku
pribadi, feedback atau masukan, kritik, saran dan koreksian sangat dibutuhkan,
maka dari itu setelah membaca jangan lupa tinggalkan jejak di boks komentar.
Jika malu ungkapkan identitas, boleh kok menjelma sebagai anonim asal sopan dan
beretika :)
“Melalui tulisan, mari berbagi dan berfungsi untuk
sesama”. – eschilla, 2014